Rabu, 22 Januari 2014

MAKALAH TEORI BEHAVIORISME

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
                   Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam dunia pendidikan, psikologi pendidikan sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar pendidik dapat  mengenali bagaimana peserta didiknya. Oleh karena itu pendidik perlu mempelajari psikologi pendidikan, dimana psikologi ialah ilmu yang mempelajari tentang prilaku dan jiwa manusia baik prilaku peserta didik dan orang lain. Dalam psikologi banyak terdapat teori – teori, salah satunya teori Behaviorisme yang artinya  perubahan perilaku yang diamati, diukur dan dinilai secara konkrit.
                   Teori belajar ini yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Maka dari itu teori ini perlu dipelajari oleh para pendidik serta teori ini mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

1.2         Rumusan masalah
1.2.1   Apa pengertian dari teori behaviorisme?
1.2.2   Bagaimana pengembangan teori behaviorisme menurut tokoh – tokoh?
1.2.3   Bagaimana penggunaan teori behaviorisme dalam proses pembelajaran?

1.3        Tujuan
1.3.1   Untuk mengetahui pengertian dari teori behariorisme
1.3.2   Untuk mengetahui pengembangan teori behaviorisme menurut tokoh –
          tokoh.
1.3.3 Untuk mengetahui penggunaan teori behaviorisme dalam proses  pembelajaran.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
          Salah satu teori belajar adalah teori  behavioristik. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan atau “imitation” dan penyajian contoh perilaku atau “modeling”. Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang diamati, diukur dan dinilai secara konkrit. Perubahan terjadi melalui rangsangan stimulan yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkugan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus – respon).
Aristoteles berpendapat bahwa “pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman”.
Menurut John Locke (1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu. Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu.
          Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme. Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan.
          Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian : organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya.
Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7).

2.2    Tokoh – tokoh penting yang mengembangkan teori Behaviorisme, dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.2.1  Edward Edward Lee Thorndike (1874–1949). Berpendapat bahwa “belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon”.
Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.


 Thorndike menemukan hukum-hukum dalam hasil teori ini, yaitu :
1.       Hukum kesiapan (Law of Readiness), Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2.       Hukum latihan, semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
3.       Hukum akibat, hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
2.2.2  Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson. Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.
          Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
2.2.3  Skinner (1904-1990). Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin”.
Teori ini juga disebut dengan “operant conditioning”. Operant conditioning menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Skinner membagi menjadi 2 jenis respon :
2.2.3.1  Responden merupakan Respon yang terjadi karena stimulus khusus.
2.2.3.2  Operans merupakan Respon yang terjadi karena situasi random. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
2.2.4. Robert Gagne (1916-2002). Teori gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne adalah 9 kondisi instructional :
2.2.4.1 Gaining attention                                        =  mendapatkan perhatian
2.2.4.2 Intorm learner of objectives                        =   menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
2.2.4.3 Stimulate recall of prerequisite learning      = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar
2.2.4.4 Present new material                                   =   penyajian materi baru
2.2.4.5 Provide guidance                                        =   menyediakan pembimbingan
2.2.4.6 Elicit performance                                       =   memunculkan tindakan
2.2.4.7 Provide feedback about correctness           =  siap memberi umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
2.2.4.8 Assess performance                                    =   menilai hasil belajar yang ditunjukkan
2.2.4.9 Enhance retention and recall                       =   mengingat memori

2.2.5. Albert Bandura (1925-sekarang).
          Teori belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif perilaku dan pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi. Kelebihan teori Bandura dalah membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar perilaku permodelan yang digunakan dalan pendidikan secara massal, contohnya penerapan teori belajar sosial dalam iklan televisi. Kerangka Berpikir Teori :
2.2.5.1 Pemberian bahan pembelajaran dalam bentuk utuh kepada peserta didik.
2.2.5.2 Pemahaman oleh peserta didik dilakukan mandiri oleh peserta didik. Jika ada yang kurang jelas baru ditanyakan kepada guru.
2.2.5.3 Hasil belajar segera disampaikan kepada peserta didik.
2.2.5.4 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
2.2.5.5 Materi pelajaran digunakan sistem modul.
Skinners juga mengemukakan prinsip - prinsip belajar behaviuouristik, sebagai berikut :
1) Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3) Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4) Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan   digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
          Dalam pembelajaran digunakan shapping Kekeliruan penerapan Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara mendisiplinkan siswa. Hukuman yang baik menurut Skinner adalah anak merasakan sendiri konsekuensinya dari perbuatan. Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran. Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
Jadi pengertisan dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa teori Behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur – unsur kecil, bersifat mekanistis, menekankan pada peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya prilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut SR psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

2.3     Penggunaan Teori Behaviorisme
          Penggunaan teori Behaviorisme ini adalah guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya memberi ceramah tetapi juga contoh - contoh. Bahan pelajaran disusun hirarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari pembelajaran dapat diukur dan diamati, kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter. Pada teori ini guru lebih menekan kan pada tujuan pembelajaran yang lebih pada hasil tanpa mengutamakan prosesnya sehigga siswa hanya diberi teori latihan berulang tanpa tau prosesnya siswa itu biasa atau tidak. Teori behavioristik menerapkan prinsip penguatan stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus - respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah :
2.3.1  Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.3.2  Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
2.3.3  Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
2.3.4  Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
2.3.5  Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
2.3.6  Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
2.3.7  Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
2.3.8  Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
2.3.9  Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.


Ada beberapa Manfaat Teori Behaviorisme, yaitu :
1.   Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
4.  Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

BAB III
KESIMPULAN

3.1      Kesimpulan
    Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-mata melatih refleks - refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Pada teori belajar ini sering disebut S – R  psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.

3.2      Saran
    Kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini, karena bagaimana pun juga kita sebagai calon guru haruslah mempelajari teori – teori psikologi pendidikan diantaranya adalah Teori belajar Bahavioristik.Teori Behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan Nantinya teori ini akan menjadi pedoman kita pada proses belajar mengajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar